Rabu, 23 Juli 2008

Persiapan Berhaji

Setiap muslim selalu mendambakan untuk menyempurnakan rukun Islam dengan melaksanakan ibadah haji sebagai puncak pencapaian spiritualnya, walaupun sholat, zakat dan puasanya belum sempurna. Bagi yang beruntung dapat melaksanakan ibadah haji, peluang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena tidak semua orang dapat meraihnya.

Pelaksanaan haji memakan waktu dan biaya tidak sedikit karena itu diperlukan persiapan matang untuk mendapatkan manfaat optimal dari pelaksanaan haji. Namun sebaik-baiknya persiapan dan perbekalan, Allah mengingatkan bahwa perbekalan Taqwa adalah yang utama. Firman Allah “Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah Taqwa”.

Sebelum berangkat haji, kita harus “menggugat” dulu niat, perangkat dan perilaku jiwa kita. Sudah benarkah niat kita? Halalkah uang yang kita gunakan untuk membiayai keberangkatan kita? Jiwa mana yang kita bawa? Jiwa yang hendak bertekuk lutut dan mengakui kehinaan di hadapan Tuhan, ataukah jiwa yang hendak ‘memperalat’ Tuhan demi status baru sebagai manusia yang gila hormat dan sanjungan? Ataukah sekadar memperpanjang gelar yang kita sandang? Selami jiwa kita dan bunuhlah tikus-tikus busuk yang ada di dalamnya. Dan, selami pula hakikat haji untuk kemudian kita biarkan keagungan-Nya bersemayam dalam jiwa kita, dan memancar jauh ke dalam relung kehidupan sebagaimana dulu dijalankan oleh nabi Ibrahim as..

Kesiapan Motivasi

Bagaimana rasanya jika kita dipanggil oleh orang yang dianggap penting di lingkungan kita? Kita tentu akan berupaya untuk memenuhi panggilan tersebut dengan segala daya upaya. Jika tak punya ongkos atau pakaian yang layak, akan diupayakan meminjamnya kepada orang lain. Kalau tempatnya jauh, kita akan memaksakan diri naik taksi, kapal laut atau pesawat terbang. Mengapa ? Karena kita merasa terhormat dipanggil oleh orang penting.

Haji adalah panggilan Allah kepada ummat manusia yang hanya terdengar oleh ruh orang yang dipilih Allah swt. Tidak ada yang lebih terhormat, kecuali dipanggil Allah untuk bermunajat dan berdo'a dengan mendapat ‘upah’ berupa pahala, rahmat dan ampunanNya.

Sayangnya, Si miskin enggan menjawab panggilan tersebut dengan dalih tak punya uang. Si kaya tak bersegera merespon panggilan tersebut dengan dalih waktunya belum tepat. Yang muda mengulur-ulur waktu dengan dalih masih ada hari esok. Yang tua merasa malas karena sayang dengan harta yang sudah terlanjur ditumpuk.

Sesungguhnya panggilan berhaji bukan untuk si kaya, si miskin, yang tua atau yang muda, tetapi panggilan untuk semua manusia beriman. Banyak diantara kita yang mengaku “belum mampu” namun bisa menabung untuk memiliki asesoris dunia yang nilainya bisa lebih dari biaya haji.

Niat dan kemauan adalah yang terpenting dalam merealisasikan keinginan berhaji. Lakukanlah pencanangan program haji dengan merencanakan target waktu melaksanakan ibadah haji, walaupun secara materi belum berkecukupan.

Adakah keinginan dalam hati rasa rindu dan impian untuk pergi ke baitulloh dan bersimpuh di Masjidil Haram yang nilainya seratus ribu kali dibandingkan mesjid lain? Bagaimana keinginan tersebut bisa terwujud jika kita tidak benar-benar sangat menginginkannya? Bayangkanlah dalam pikiran dan imajinasi kita nikmatnya memandang Kabah yang dirindukan.

Penulis merasakan panggilan tersebut saat mendengar lantunan Talbiyah dalam suatu perjalanan. Saat itu hati bergetar dipenuhi rasa haru dan air matapun terurai dilanda kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah .

Dengan adanya Niat dan Ketergerakan dalam hati untuk menunaikan ibadah haji maka Allah akan memberikan kemudahan dan seluruh alam semesta akan mendukung niat tersebut.

Melaksanakan Ibadah haji sepertinya berat dan sulit baik dari sisi dana yang harus dialokasikan, kekuatan fisik yang harus disiapkan, ujian yang harus dilalui, dan iklim ekstrim yang harus dihadapi. Belum lagi urusan bisnis, keluarga dan lain-lain yang berat rasanya untuk ditinggalkan.

Namun jika sudah bulat niat untuk memenuhi panggilan Allah, seyogyanya kita mengupayakannya. Selebihnya pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Insya Allah akan mendapatkan jalan dari yang tidak terduga. Allah sebagai pengundang tidak akan menyengsarakan kita. Dialah yang akan menjaga bisnis dan keluarga kita. Tidak sedikit orang yang secara fisik dan materi tidak mungkin bisa berangkat Haji, namun atas ijin Allah dan kemauan yang kuat di dalam diri ternyata dapat melaksanakannya. Apapun motivasi kita, yang penting jangan lepas dari keikhlasan dalam memenuhi undangan Allah tersebut.

Ibadah haji merupakan momen yang sangat baik untuk mensyukuri nikmat dan kasih sayang Allah serta memohonkan ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan karena kelalaian dan kebodohan diri. Dosa yang menumpuk terasa menghimpit hati sehingga kita memerlukan waktu untuk mencurahkan isi hati dan meminta pengampunan dari Sang Maha Pengampun. Saat melakukan ibadah haji inilah seseorang mendapatkan kesempatan untuk melakukan introspeksi dan mendapat pencerahan dalam menjawab berbagai persoalan hidup dan kesiapan menghadapi fase hidup selanjutnya.

Penulis mencanangkan program ibadah Haji tahun 1997 saat usia 31 tahun dengan niat akan melaksanakannya pada usia 40 tahun. Alhamdulillah niat tersebut terwujud tahun sepuluh tahun kemudian pada tahun 2007 pada usia 41 tahun. Berarti antara niat dan realisasi hanya berselisih 1 tahun.

Kakak saya merencanakan akan naik haji 5 tahun ke depan, namun hanya setahun berselang sudah melaksanakannya secara gratis karena ditugaskan oleh instansinya ke Saudi Arabia saat musim haji. Ada pula pedagang sayur yang menabung 20 tahun dengan menyisihkan rupiah demi rupiah dari usahanya dan akhirnya dapat melaksanakan ibadah haji sesuai cita-cita. Jika hati sudah terpanggil untuk melaksanakan Haji maka programkan dan niatkan dalam hati, Insya Allah, cepat atau lambat Allah akan memanggil kita.

Kesiapan Finansial

Persiapan finansial diperlukan karena kita akan melaksanakan perjalanan jauh selama beberapa hari yang membutuhkan bekal finansial dari sumber yang halal untuk transportasi dan akomodasi serta bekal bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sisihkan sebagian dana yang ada untuk ditabung sebagai ONH yang mempermudah kita untuk menyisihkan sebagian rizki untuk keperluan naik haji. Jangan pesimis dengan kecilnya dana yang bisa kita alokasikan. Siapa saja atas kehendak Allah bisa menunaikan ibadah haji, tidak harus kaya.

Jangan dilupakan bekal finansial untuk keluarga yang ditinggalkan agar jangan terbengkalai sehingga mengganggu ibadah haji kita. Hendaklah menyelesaikan urusan duniawi yang menyangkut utang piutang, bisnis maupun sengketa. Tuliskan surat wasiat sebagai langkah persiapan menghadapi kematian dan menjamin kesucian pribadi dan finansial dalam menghadapi perpisahan dengan dunia karena kita tidak pernah tahu apakah kita bisa kembali lagi ke tanah air. Jangan sampai urusan dunia mengganggu pikiran dan membebani keluarga yang ditinggalkan.

Walaupun kesiapan finansial ini adalah utama, namun ternyata ada yang berangkat haji tanpa mengeluarkan biaya melalui jalan yang tidak terduga atas ijin Allah. Ketergerakan hati dalam diri untuk menunaikan ibadah haji akan memberikan kemudahan untuk mencapainya. Kesulitan ekonomi akan dimudahkan oleh Allah untuk mencukupinya. Di Tanah suci banyak dijumpai orang-orang sederhana yang dengan tekad besar dan bekal seadanya akhirnya sampai di tanah suci dan melaksanakan ibadah haji seperti yang dicita-citakan. Namun ada yang berangkat haji dengan berhutang dan ketika kembali ke tanah air kemudian bergantung kepada orang lain. Tentunya hal ini tidak dibenarkan, karena ibadah haji bukan untuk menjadikan seseorang mendapat mudharat.

Seseorang yang melaksanakan haji dengan uang yang halal, ketika melantunkan talbiah maka langit akan berseru: Diterima panggilanmu dan berbahagialah engkau karena bekalmu halal, kendaraanmu halal dan hajimu diterima. (HR Tabrani & abu Hurairah). Sebaliknya jika hajinya berasal dari nafkah haram maka langit berseru: Ditolak panggilanmu dan celakalah engkau karena bekalmu haram dan kendaraanmu haram. Hajimu ditolak, tidak diterima.

Kesiapan Fisik

Seluruh rangkaian ibadah haji dan umrah merupakan kegiatan fisik melelahkan. Ada 3 sampai 4 juta jemaah haji yang berkumpul di satu titik, bergerak pada waktu yang sama menuju titik lainnya secara serempak sehingga segala sesuatu menjadi serba terbatas dan harus berdesakan. Dalam kondisi itu diperlukan kondisi fisik yang prima dan daya tahan menghadapi situasi serba darurat.

Karena banyaknya kegiatan fisik tersebut maka sebaiknya haji dilaksanakan pada usia yang tidak terlalu tua dan dalam kondisi sehat, hingga semua ritual dapat dilaksanakan dengan sempurna. Berhaji dan Bertaubat di usia muda akan memberikan kenikmatan tersendiri. Setelah pulang berhaji, Insya Allah masih banyak waktu dan kesempatan untuk beribadah menabung kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah ”Cepat cepatlah kalian menunaikan haji-yakni haji wajib-karena sesungguhnya seseorang diantara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya” (Hadits).
Walaupun demikian, bagi mereka yang berusia lanjut, cacat fisik atau sakit janganlah terlalu khawatir. Banyak fasilitas yang memungkinkan jamaah haji dapat melakukan ritual haji dalam kondisi keterbatasan fisik. Bahkan dalam fiqih haji diberikan keringanan bagi yang tidak mampu melakukan suatu ritual tertentu dapat digantikan orang lain atau dengan membayar Dam.

Iklim dan kondisi alam di Arab Saudi sangat ekstrim, jauh berbeda dengan di tanah air kita. Bila musim panas, suhunya sangat tinggi bahkan bisa mencapai 50 derajat Celcius, dan musim dingin sangat dingin hingga mencapai 5 derajat. Bukan hanya itu perbedaan suhu siang dan malampun sangat ekstrim sehingga diperlukan daya tahan tubuh yang kuat untuk beradaptasi terhadap perbedaan suhu dan kelembaban.

Hingga beberapa tahun mendatang, musim haji jatuh pada musim dingin. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi fisik dan kesehatan jamaah haji sehingga biasanya jamaah haji mengalami sakit karena kelelahan, perubahan iklim atau tertular oleh orang lain yang sakit. Beberapa penyakit yang perlu diantisipasi selama di tanah suci antara lain flu, demam, Batuk, sariawan, sakit gigi, dehidrasi/gangguan kulit, sakit perut dll.

Oleh karena itu para jamaah haji harus melakukan persiapan fisik yang memadai sebelum berangkat ke tanah suci, antara lain:
a. Olah raga yang teratur berupa jalan kaki/aerobic. Selama di tanah suci kita akan banyak berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
b. Makanan bergizi yang mencukupi.
c. Berjalan di terik matahari.
d. Immunisasi (meningitis & influenza)
e. Periksa gigi terutama yang berlubang harus segera ditambal.
f. General check-up.
g. Konsultasi khusus bagi yang termasuk RISTI (jantung, asma, diabetes)

Jangan lupa, siapkanlah obat-obatan yang biasa digunakan di tanah air, karena obat yang tersedia di Arab Saudi berbeda merek maupun komposisinya.

Kesiapan Mental spiritual

Meninggalkan rumah dan mengunjungi Baitullah di tanah suci bukanlah kunjungan biasa. Di sana kita akan menjumpai Allah Yang Maha Kuasa untuk menemukan jati diri kita. Selain kesiapan fisik, yang lebih dominan adalah diperlukan kesiapan mental spiritual, karena kelemahan fisik akan dapat ditutupi oleh kekuatan mental spiritual.

Bila kita telah mendapat kepastian untuk berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun ini, mulailah bertobat kepada Allah serta munajat semoga Allah memberikan keridhoan atas kedatangan kita ke Baitullah melalui Shalat-shalat malam. Akuilah kehinaan dan kelemahan diri kita. Biarkan air mata menetes di malam-malam hari dengan menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan.

”Ya Allah, inilah aku hambaMu yang lemah, datang kepadamu dengan dosa yang tak terhitung memohon ampunanMu, bersimpuh sujud di hadapanMu. Bertaubat kepadaMu. Sudilah kau ampuni dosaku, terimalah taubatku. Bimbinglah ke jalanMu. Ridhoi hamba datang ke rumahMu dan menziarahi kekasihku Muhammad saw”.

Datangilah orang tua, keluarga, sahabat dan handai taulan untuk meminta maaf dan ridho mereka. Bereskan semua nazar, zakat, kembalikan hak orang yang pernah didzolimi. Kumpulkan anak yatim dan fakir miskin. Jadikanlah doa mereka mengiringi langkah kita ke Baitullah.

Yang pertama harus disiapkan adalah niat dan jiwa yang ikhlas untuk mengharapkan ridoNya semata. Hindari Rafats, Fusuq dan Jidal. Rafats adalah Perkataan dan perbuatan yg tidak berguna dan kotor, antara lain sombong, Takabur, Mengumpat, Menghina. Fusuq adalah perbuatan melanggar ketaatan kepada Allah antara lain Menipu, Pemalas, boros, Dengki, dan Zalim. Jidal adalah perdebatan dan pertengkaran yg bertentangan dengan akhlak mulia sehingga menyebabkan permusuhan, kemarahan dll. Sabda Rasulullah SAW ”Barangsiapa yang ber-haji karena Allah, lalu ia tidak Rafats, fusuq, dan jidal maka ia telah kembali seperti hari dilahirkan ibundanya” (Al Hadits)

Siapkan persediaan sabar tanpa batas. Ujian kesabaraan sudah dimulai ketika kita berniat untuk berangkat haji. Semua urusan membutuhkan kesabaran, mulai dari mendaftar, pemeriksaan kesehatan, menunggu panggilan dll. Di tanah suci, kesabaran kita lebih diuji lagi. Dalam situasi penuh manusia harus hidup bersama beberapa waktu, ada saja yang dapat membuat kita marah karena perbedaan adat, tabiat dan kebiasaaan.

Bila selama ini kita lebih mengedepankan pola pikir akal logika, maka selama di tanah suci harus didukung oleh kekuatan hati. Dalam kondisi kepadatan manusia yang luar biasa dan kondisi darurat, akal logika sering tidak mampu menjelaskan dan menyelesaikan apa yang kita hadapi sehingga terkalahkan oleh emosi. Oleh karena itu diperlukan kekuatan mental spiritual dan kesabaran untuk meredam emosi ketika apa yang sudah direncanakan tidak berjalan.

Kesiapan ilmu

Manasik atau ritual haji harus sesuai dengan tuntunan Rasululullah SAW, tidak boleh suka-suka sehingga jatuh kepada Bid’ah. Ibadah yang dilakukan tidak berdasarkan tuntunan Rasulullah akan tertolak dan tidak mendapatkan pahala yang dijanjikan Allah dan RasulNya. Apa yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya lakukanlah dan apa yang dilarang jangan dilakukan. Karena itu penting mempelajari manasik rasulullah agar ibadah haji kita tidak tertolak.

Sayangnya banyak jemaah haji yang tidak dibekali dengan ilmu yang memadai sehingga dalam melaksanakan ibadah terkesan ikut-ikutan. Memang benar ada bimbingan manasik haji sebelum berangkat, namun waktunya terlalu singkat untuk memberikan bekal memadai. Pembimbing haji (muthawif) juga disediakan oleh KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), namun karena banyaknya jamaah haji maka tentunya ada berbagai keterbatasan.

Di samping memahami manasik haji, kita perlu membekali diri dengan berbagai pemahaman tentang latar belakang sejarah dan pemaknaan dari setiap ibadah haji sehingga kita dapat meresapi setiap langkah dan selalu terhubung dengan jejak para pendahulu dalam beribadah kepada Allah swt. Hal yang perlu dilakukan sebagai persiapan adalah mempelajari makna dan manasik haji, menghafalkan beberapa doa-doa penting, mempelajari sejarah Islam dan mempelajari shalat jenazah.

Dalam Haji dan Umrah dibedakan adanya Rukun dan wajib. Rukun adalah Perbuatan yang menjadikan sahnya haji atau umrah serta tidak dapat diganti dengan dam (denda) sekalipun. Perbedaan rukun haji dan umrah adalah sebagai berikut:


Rukun Haji
Rukun Umrah
1. Ihram
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah

3. Thawaf Ifadah
2. Thawaf
4. Sa’i
3. Sa’i
5. Tahalul
4. Tahalul
6. Tertib
5. Tertib

Jika salah satu rukun haji tidak dilaksanakan maka tidak dapat diganti dengan Dam serta hajinya tidak sah sehingga harus mengulang lagi tahun depan. Sementara jika rukun umrah kurang maka dapat mengulang dengan kembali berihram di miqat.

Wajib Haji atau Umrah adalah ritual ibadah yang harus dilakukan, namun jika tidak dilakukan karena udzur maka haji atau umrahnya tetap sah namun wajib membayar dam. Jika tidak ada udzur yang dapat dipertanggungjawabkan maka ia berdosa. Perbedaan kegiatan yang termasuk wajib umrah dan wajib haji adalah sebagai berikut:

Wajib Haji
Wajib Umrah
Ihram dari Miqat
Ihram dari miqat
Mabit di Muzdalifah

Melontar Jumrah Aqobah 10 Dzulhijah

Mabit di Mina 11,12 atau s.d. 13 Dzulhijah

Melontar 3 jumrah selama hari tasyrik

Menjauhi larangan ihram
Menjauhi larangan ihram

Allah dan Rasullullah saw mempunyai visi yang luas terhadap apa yang akan terjadi di masa mendatang dengan memberikan 3 alternatif pilihan untuk melakukan Haji yaitu secara tamattu, Ifrad atau Qiran. Bila menyaksikan jumlah jamaah haji yang dari waktu ke waktu semakin membludak, kita menyadari bahwa adanya alternatif tersebut sangat membantu agar tidak terjadi penumpukan aktivitas yang menyebabkan konsentrasi kepadatan manusia yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Haji Tamattu dilakukan apabila ihram untuk umrah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum ihram untuk haji. Umumnya jamaah Indonesia yang datang awal ke Mekah melaksanakan haji tamattu dengan pertimbangan kemudahan. Setelah selesai thawaf dan sa’i umrah, jamaah haji dapat langsung tahallul sehingga bebas dari larangan ihram. Tamattu sendiri secara harfiah berarti bersenang-senang karena pelaksanaannya relatif lebih mudah dan longgar tanpa harus terus menerus menggunakan pakaian ihram. Bagi yang melaksanakan haji tamattu maka wajib membayar Dam nusuk berupa seekor domba di Mina. Dam ini bukan disebabkan adanya pelanggaran ihram atau meninggalkan wajib haji namun merupakan rangkaian dari prosesi haji.

Haji Ifrad artinya haji dan umrah dilaksanakan secara terpisah pada satu musim haji dengan mendahulukan ihram untuk haji kemudian setelah selesai prosesi haji, melaksanakan ihram untuk umrah dari miqat terdekat (Tan’im atau ji’ranah). Haji Ifrad dilaksanakan oleh jamaah yang datang ke Mekah pada saat sekitar 8 Dzulhijah. Bagi yang melaksanakan Haji Ifrad tidak dikenakan Dam. Haji Ifrad jarang dipilih karena cukup berat mengingat jamaah haji harus tetap berpakaian ihram sejak datang di Mekah sampai selesai ibadah haji.

Ketika pertama kali datang ke Mekah, Haji ifrad disunatkan melaksanakan Thawaf Qudum sebagai thawaf selamat datang. Setelah Thawaf qudum boleh langsung sa’i tapi tidak tahalul. Setelah itu maka jamaah haji menunggu pelaksanaan haji sambil tetap dalam keadaan ihram. Tahalul dilakukan setelah selesai thawaf ifadhah dan sa’i haji pada hari tasyrik. Selesai Haji, jamaah harus bersiap melaksanakan ibadah umrah dengan melakukan ihram kembali hingga selesai ibadah umrahnya.

Haji Qiran dilaksanakan dengan melakukan ihram untuk haji dan umrah sekaligus dengan niat Labbaik allohumma Hajjan waumratan. Dengan demikian seluruh pekerjaan umrah sudah tercakup dalam pekerjaan haji. Haji Qiran wajib membayar dam nusuk berupa seekor Kambing.

Dari ketiga alternatif tersebut tidak ada yang lebih afdhol mengenai cara melaksanakan Haji, melainkan sekedar cara untuk memudahkan pelaksanaan ibadah haji itu sendiri, walaupun beberapa ulama berpendapat bahwa Haji Ifrad lebih afdhal karena Rasulullah melaksanakannya.

Selain Rukun dan wajib haji, ada banyak kegiatan yang termasuk sunnah haji dan umrah, antara lain:
a. Mandi Ihram
b. Shalat dua rakaat
c. Shalat sunnah thawaf di maqam ibrahim dan Hijir Ismail
d. Mencium hajar aswad
e. Bertalbiyah
f. Mabit di Mina sebelum Wukuf di Arafah. (tanazul)

Kesiapan Perlengkapan

Untuk melaksanakan ibadah haji yang dapat memakan waktu hingga 40 hari, diperlukan kesiapan perlengkapan antara lain:

  1. Tas koper besar yang akan dimasukkan ke bagasi. Karena dalam satu kelompok akan menggunakan tas koper yang bentuk dan warnanya sama, sebaiknya koper diberi tanda khusus yang mudah dilihat dari jauh (gunakan stiker yang bercahaya, label nama, pita khusus dll)
  2. Tas koper kecil yang akan dibawa ke kabin.
  3. Tas tambahan antara lain Tas ransel, tas pinggang, tas untuk sandal & perlengkapan shalat ke masjid, kantung obat-obatan, kantung perlengkapan mandi, kantung untuk batu,
  4. Baju secukupnya untuk selama di Saudi (Baju untuk ke masjid, baju sehari-hari, baju hangat dll).
  5. Perlengkapan mandi.
  6. Sandal/sepatu sandal yang nyaman untuk berjalan, usahakan yang tidak menutup tumit.
  7. Perlengkapan shalat dan cadangannya.
  8. Buku buku doa dan manasik
  9. Obat-obatan pribadi
  10. Lain-lain : Senter, Gunting, Payung, Kamera dll.
  11. Dan lain-lain sesuai kebutuhan.

Berangkat sendiri atau dengan pasangan ?

Apabila memungkinkan, Ibadah haji sebaiknya dilaksanakan oleh pasangan suami-istri karena banyak hikmah yang akan diperoleh dan meningkatkan jalinan kerjasama sehingga meningkatkan cinta kasih antara keduanya.

Suasana ibadah haji berbeda dengan suasana keseharian di tanah air. Ada pasangan yang selama di tanah air jarang bersama-sama, namun selama di tanah suci mengharuskan mereka sering bersama-sama. Perbedaan kondisi ini di satu sisi bisa positif berupa peningkatan kebersamaan dan saling pengertian namun bisa juga sebaliknya. Tidak menutup kemungkinan adanya pasangan suami istri yang mengalami perselisihan atau ketidakharmonisan saat melaksanakan ibadah haji bersama. Naudzu billaahi min dzalik.

Beberapa tips persiapan suami-istri yang akan melaksanakan haji, yaitu:
· lakukan pendekatan dengan berbicara dari hati ke hati dan saling memaafkan.
· Tingkatkan saling pemahaman antara suami-istri
· Buat kesepakatan-kesepatan terhadap hal-hal tertentu.
· Berusaha saling menolong namun juga berusaha mandiri.
· Tidak memancing pembicaraan yang dapat menyulut emosi pasangan.
· Saling mendorong semangat dan saling menasihati jika pasangannya dalam kondisi down.

Kebersamaan dalam ibadah haji diharapkan akan meningkatkan keharmonisan dalam berumah tangga karena selama kurang lebih satu bulan hidup bersama di tanah suci yang diridhoi Allah. Namun perlu berhati-hati juga agar tidak menimbulkan syahwat selama kita berada dalam kondisi ihram sehingga harus terkena dam yang berat. Apabila ada kondisi yang dapat menimbulkan perselisihan antara suami istri, segeralah temukan solusinya dengan berdiskusi bersama. Hati-hati terhadap masuknya pihak ketiga yang dapat memperkeruh suasana. Ingatlah bahwa Syetan selalu menggoda kita untuk menjadikan amal ibadah kita tercemar sehingga ditolak oleh Allah.

Tidak ada komentar: