Sekilas tentang Mekah
Makah adalah tanah Haram yang dikukuhkan Allah sejak Langit dan bumi diciptakan, negeri yang dicintai Allah dan rasulNya serta menjadi kiblat kaum Muslimin.
Makah merupakan kota pertama di muka bumi karena menjadi tempat menetap Adan Hawa setelah bertemu di Jabal Rahmah. Dari sini manusia berkembang biak dan menyebar ke seluruh penjuru.
Ketika Adam tinggal di Makah pertama kali beliau meminta kepada Allah agar diselamatkan dri godaan Iblis yang telah mencelakakannya di syurga. Allah mengabulkan doanya kemudian memerintahkan malaikat turun ke bumi mengelilingi tempat nabi Adam menjaganya agar iblis tidak dapat mencapainya. Tempat malaikat berjaga itu kemudian menjadi batas Tanah Haram.
Selanjutnya Nabi Ibrahim as dengan menancapkan tapal batas di tempat-tempat yang ditunjukkan oleh Malaikat Jibril. Ada 943 tanda batas yang ditancapkan di atas bukit, lembah dan tempat lain. Pada saat Futuh Makah, Rasulullah mengutus Tamim bis Asad untuk memperbaharui tapal batas tersebut.
Makah menjadi dambaan kaum Muslimin untuk berziarah khususnya melaksanakan haji dan umrah. Ada beberapa nama yang merujuk ke kota Makah yaitu Bakah, Baitul Atiq, al balad, Ummul Qura dan al Qaryah.
Ketika rasulullah mendapatkan kemenangan dari Allah dengan menaklukan kota Makah, Rasulullah SAW berdiri di hadapan manusia menyampaikan pidatonya ”Sesungguhnya Allah telah melarang tentara bergajah masuk ke Mekah, dan Allah telah menaklukan Mekah untuk RasulNya dan orang yang beriman. Dan sesungguhnya tidak dihalalkan bagi orang sebelumku untuk menyerbu Makah. Hanya dihalalkan satu saat khusus untukku pada hari ini, dan sesungguhnya tidak dihalalkan untuk siapapun setelahku......”. Demikianlah kekhususan kota Makah yang berlaku hingga akhir jaman kelak.
Sangat banyak Hadits dan ayat yang menyatakan keutamaan Mekah di sisi Allah dan RasulNya. Salah satunya Hadits Rasulullah ”Demi Allah sesungguhnya Engkau adalah bumi terbaik dan tanah yang paling dicintai Allah. Andaikan aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak pernah meninggalkanmu”.
Keberadaan dan keutamaan Mekah tidak terlepas dari sejarah dan keberadaan Kabah. Di Kota Mekah terdapat Kabah yang merupakan tempat ibadah untuk menyembah Allah yang pertama didirikan di muka bumi. Allah telah memberikan jaminan keamanan kepada seluruh makhluk yang ada di sana, bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada hewan dan tumbuhan. Pahala amalan di sana berlipat ganda dibandingkan dilakukan di tempat lain. Shalat di Masjidil haram 100.000 kali lebih utama dibandingkan di tempat lain. Sejalan dengan itu, dosa berbuat kejahatan di Mekah juga akan dilipatgandakan oleh Allah, sehingga seorang Muslim hendaknya menjauhkan diri dari berbuat maksiat di Mekah.
Kisah Sumur ZamZam
Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail saat masih dalam masa menyusui dari palestina ke padang pasir Hijaz yang gersang. Sesampainya di tempat yang sekarang menjadi Kabah, Ibrahim meninggalkan keduanya di bawah sebatang pohon. Tidak ada mata air apapun di sana ketika itu. Ibrahim hanya membekali keduanya dengan sekantong kurma dan sekantong air.
Ketika Ibrahim memalingkan badannya meninggalkan keduanya. Hajar mengikuti sambil bertanya ”Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak berpenghuni ini?”. Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun. Kemudian hajar bertanya”Apakah Allah yang memerintahkan hal ini ?” Ibrahim menjawab ”Ya”. Hajar berkata ”Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”. Hajarpun kembali ke tempat Ismail, sedangkan Ibrahim terus berlalu. Sesampainya di tempat yang ia tidak melihatnya lagi, iapun menghadap ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya berdoa ”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di rumahMu yang diberkati. Ya Tuhanku, Yang demikian itu agar mereka mendirikan Shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. ”(Ibrahim:37).
Setelah air susu Hajar habis begitu juga dengan perbekalannya maka Ismail meronta-ronta kehausan sehingga hati Hajar sebagai seorang Ibu merasa trenyuh. Dengan naluri keibuannya, ia lalu bergegas pergi ke bukit Shafa yang lebih tinggi dengan harapan melihat ada orang di sekitarnya. Kemudian ia turun ke dasar lembah dan menaiki bukit Marwah dengan harapan menemukan orang yang dapat dimintai pertolongan. Namun tidak ada seorangpun yang terlihat. Ia melakukannya sebanyak 7 kali.
Saat sedang di Marwa, ia mendengar suara dan melihat Malaikat mengepakkan sayapnya di sekitar kaki Ismail hingga muncullah air yang memancar. Lalu Hajar memagarinya dengan pasir dan ketika air terkumpul iapun meminum airnya dan menyusui anaknya.
Malaikatpun berkata:”Janganlah engkau merasa disia-siakan, karena di sini akan dibangun Baitullah oleh anak ini dan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya”.
Penemuan Kembali Zamzam
Air Zamzam tetap ada hingga saat ini, namun dahulu pernah kering dan lenyap saat ditimbun dan dihilangkan oleh suku Jurhum ketika akan meninggalkan Makah. Sumur Zamzam ditemukan kembali oleh Abdul Muthalib yang bermimpi bertemu seseorang yang menyuruhnya menggali sumur di sekitar tempat persembahan di sekitar Kabah. Sejak saat itulah Abdul Muthalib dan keturunannya dipercaya menjaga sumur Zamzam.
Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail, dia mendengar suara menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana?" Keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, " Benda yang baik yang mana?" Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya, "Galilah Zamzam!" Dia bertanya, "Apa itu Zamzam?" Dijawab, " Air yang tidak kering dan tidak meluap " Setelah itu Abdul Mutalib diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya, "Apa yang kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab, "Aku diperintahkan menggali Zamzam." Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah rusa emas yang pernah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zamzam ini, sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnyapun bertambah.
Pembangunan Ka’bah
Ka’bah dibangun beberapa kali dalam beberapa generasi berbeda. Pertama kali dibangun oleh Malaikat dua ribu tahun sebelum Nabi Adam diciptakan sebagai tempat thawaf malaikat di bumi. Selanjutnya dibangun kembali oleh Nabi Adam atas bantuan malaikat. Setelah Adam wafat dibangun oleh salah seorang putranya Syst hingga kemudian hancur akibat banjir jaman nabi Nuh.
Pembangunan yang ada bukti otentik dan tertulis dalam al Qur’an adalah oleh nabi Ibrahim dan Ismail. Sepeninggal keduanya beberapa kali Kabah hancur hingga diperbaiki oleh Suku Amaliqah, suku Jurhum, Qushai bin Kilab dan Abdul Muthalib. Pada saat Rasulullah berusia 25 tahun, terjadi banjir yang merusakkan Kabah sehingga kaum Quraisy melakukan perbaikan. Saat itulah beliau mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Setelah itu Kabah beberapa kali mengalami renovasi antara lain oleh Abdullah bin Zubair.
Diriwayatkan bahwa setelah Ibrahim meninggalkan Istrinya Hajar dan Ismail di Mekah, suatu saat Ibrahim bermaksud menengok anak dan istrinya tersebut. Ibrahim menemukan putranya Ismail sedang mengasah anak panah di bawah pohon rindang dekat sumur zamzam. Keduanya kemudian berpelukan dan saling melepaskan rindu setelah berpisah sekian lama. Saat itulah terjadi dialog antara seorang Bapak dan anaknya yang merupakan metoda pendidikan yang luar biasa dan bagaimana seorang Bapak dan Anak bekerja sama.
Ibrahim berkata” Wahai Ismail, sesungguhnya, Allah memberikan perintah kepadaku. Maukah engkau membantuku ?”. Ismail berkata ”Lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu, aku akan membantumu”. Ibrahim berkata ”Sesunguhnya Allah memerintahkanku untuk membuat rumah ibadah disini”. Ibrahim lalu menunjuk sebuah anak bukit yang sedikit lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Keduanya lalu membangun fondasi, Ismail yang mencari dan mengangkat batu sedangkan Ibrahim yang memasangnya. Ketika bangunan sudah mulai tinggi, Ibrahim menggunakan sebuah batu untuk berdiri dan memasangkan batu-batu menjadi dinding, sementara Ismail memberikan batu dari bawah. Batu tempat berdiri Ibrahim itulah yang kemudian menjadi Maqam Ibrahim.
Selesai pembangunan Kabah keduanya berdoa ”Robbana taqobbal minna innaka antas sami’ul aliim”. Keduanya lalu mengitari bangunan tersebut yang kemudian kita kenal sebagai ritual Thawaf.
Pada saat Futuh Mekah, Rasulullah memasuki masjidl Haram dari arah Marwah yang sekarang menjadi Pintu Al Fath. Ketika itu di sekitar Kabah terdapat 360 berhala yang disembah orang Kafir, diantaranya terdapat patung Nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Oleh Rasulullah, seluruh berhala tersebut disodok dengan menggunakan tongkat hingga hancur satu per satu. Kemudian ia membaca surat Al Isra 81: ”Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.” Setelah itu Beliau berpidato yang pada dasarnya mengampuni kaum kafir Quraisy dan kemudian membaiat mereka untuk memeluk Islam satu persatu.
Gambaran berbagai situasi perkembangan Kabah dari masa ke masa terekam pada foto-foto berikut:
Thawaf Nabi Adam
Pada saat nabi Adam AS melaksanakan haji dan bertahawaf, para malaikat menemuinya dan berkata : ” Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Sesungguhnya kami telah melaksanakan ibadah haji di Baitullah sejak 200 tahun sebelum kamu”. Adam bertanya ”Apa yang kalian baca ketika Thawaf?” Mereka menjawab :” kami mengucapkan: Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar”. Adam berkata : ”Tambahkanlah dengan ucapan : Walaa haula walaa quwwata illa billah”.
Setelah menerima perintah membangun kembali Ka’bah, Ibrahim melaksanakan ibadah haji. Saat beliau thawaf, para malaikat menemuinya. Ibrahim bertanya ”Apakah yang kalian baca saat thawaf?”. Mereka menjawab : Sebelum bapakmu Adam, kami membaca : Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar. Lalu Adam menyuruh kami menambahkan : Walaa haula walaa quwwata illa billah”. Selanjutnya Ibrahim berkata : Tambahkan dengan al aliyyil adziim.
Dengan demikian doa saat thawaf adalah : Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar. Lalu Adam menyuruh kami menambahkan : Walaa haula walaa quwwata illa billah al aliyyil adziim.
Tempat kelahiran Rasulullah
Tempat kelahiran Rasulullah (Maulid Nabi) berada di Kampung Suqul Lail masih di halaman Masjidil Haram sekitar 150 meter dekat dengan pintu Babussalam jalur Sa’i di arah Marwah. Untuk menghindarkan dari upaya pengkultusan oleh sebagian orang maka saat ini tempat itu dijadikan Perpustakaan umum.
Jabal Nur/gua hira
Gua Hira merupakan gua kecil dan sempit yang terdapat di Jabal Nur sekitar 5 km utara Mekah sebelah kiri arah perjalanan ke Arafah. Tinggi puncak Jabal Nur sekitar 200 meter. Untuk menuju Gua Hira dibutuhkan upaya mendaki selama kl 2 jam.
Gua Hira bukan gua yang besar, hanya dapat diisi oleh 3 orang dengan tinggi 2 meter. Dari tempat ini kita dapat memandang kota Mekah dari kejauhan.
Tempat ini merupakan tempat yang dipilih oleh rasulullah untuk bertahanuts, tafakur dan berkhalwat saat masih belum diangkat sebagai Nabi. Dengan membawa bekal, beliau tinggal beberapa malam dan jika bekalnya habis beliau kembali ke rumahnya untuk membawa bekal. Di gua ini Muhammad mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui perantaraan Jibril tanggal 17 ramadhan yaitu Surat Al Alaq ayat 1 s.d 5.
Jabal Tsaur
Jabal Tsaur terletak 4 km di Selatan Makah, merupakan Gunung yang di dalamnya ada Gua tempat bersembunyi rasulullah dan Abu Bakar untuk menghindarkan diri dari kejaran orang kafir Quraisy saat berhijrah dari Mekah ke Madinah. Untuk mendaki gunung Tsaur yang tingginya 458 m cukup sulit dan hingga ke Gua Tsaur dibutuhkan waktu 1,5 jam. Gua tersebut tidak luas hanya 3.5 X 3.5 m, tingginya pun hanya 1.25 meter.
Dalam perjalanan Hijrah, Abu Bakar masuk terlebih dahulu ke dalam gua untuk memastikan gua aman dari binatang buas, baru kemudian nabi masuk. Ikut bersama mereka Abdullah bin Abu Bakar yang menginap bersama mereka di malam hari kemudian turun ke Mekah pagi harinya untuk mendengar berita dari orang kafir Quraisy. Siti Asma bertugas menggembala kambing di sekitar gua untuk menghapus jejak Abdullah sekaligus mengantarkan perbekalan.
Saat bersembunyi Abu Bakar menyatakan kekhawatirannya bahwa mereka berdua akan diketahui oleh orang Kafir. Rasulullah menjawab dengan ucapannya yang menunjukkan keteguhan mental seorang Nabi sehingga dicatat dalam Al Qur’an Surat At Taubah 9:40 ”.....Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita......”.
Sebenarnya Orang Quraisy sempat naik ke Jabal Tsaur dan hendak memeriksa gua tempat persembunyian Rasulullah SAW. Namun Allah menunjukkan kebesarannya dengan mengirimkan Burung dan Laba-laba untuk bersarang di mulut gua setelah Rasulullah dan abu Bakar masuk ke Gua. Melihat ada binatang yang bersarang di sana, orang Quraisy merasa yakin bahwa di dalam gua tidak akan ada orang sehingga mengurungkan niat untuk memeriksa ke dalam Gua. Selamatlah Rasulullah dan abu Bakar dari kejaran orang Quraisy.
Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsaur selama 3 hari, kemudian dengan menunggang unta yang dibawakan oleh Abdullah bi Uraiqith mereka menuju Madinah dipandu oleh Amir bin Fahirah.
Mina
Mina adalah hamparan padang pasir sepanjang 3.5 km yang terletak antara Mekah dan Muzdalifah. Saat ini Kota Mekah dengan Mina sudah menyatu akibat perluasan kota Mekah. Dari Mekah ke Mina terdapat 9 jalan yang pada saat musim haji penuh sesak dengan orang dan kendaraan.
Mina atau Muna berarti ’pengharapan’, konon merupakan tempat dimana Adam mendapat bisikan dari Allah bahwa ia akan berjumpa dengan Hawa setelah berpisah 200 tahun lamanya sehingga menimbulkan kembali harapan dan tumbuhnya cinta di dalam hati Adam. Pertemuan itu kemudian terwujud di Jabal Rahmah sebuah bukit kecil di padang Arafah.
Di Mina inilah jamaah haji tinggal selama 3 atau 4 hari untuk melaksanakan mabit dan melontar jumrah setiap hari serta melakukan penyembelihan hewan qurban.
Di Mina terdapat beberapa tempat penting yaitu :
Jamarat, adalah tempat lokasi tiga jumrah yaitu jumrah aqobah, wustho dan Ula.
Al Manhar, lokasi penyembelihan hewan kurban.
Masjid al Khaif adalah lokasi tempat rasulullah melakukan shalat dan khutbah saat melaksanakan haji di Mina.
Walaupun Mina selalu penuh oleh jamaah haji, namun jangan khawatir kehabisan tempat di Mina selama berhaji.
Muzdalifah
Muzdalifah adalah kawasan lembah sepanjang 4 km antara Mekah Mina sebagai tempat Mabit sejenak untuk memungut 7 butir batu. Walaupun Muzdalifah sebenarnya cukup luas namun karena banyaknya bis yang parkir baik di lokasi parkir maupun di pinggir jalan maka di sini semua serba berdesakan. Walaupun ada toilet namun kondisinya sangatlah terbatas sehingga antrian untuk masuk toilet sangatlah panjang. Di sini pun tidak ada tenda ataupun orang yang berjualan makanan sehingga kita perlu menyiapkan makanan sekedarnya serta air untuk minum dan wudhu.
Makah adalah tanah Haram yang dikukuhkan Allah sejak Langit dan bumi diciptakan, negeri yang dicintai Allah dan rasulNya serta menjadi kiblat kaum Muslimin.
Makah merupakan kota pertama di muka bumi karena menjadi tempat menetap Adan Hawa setelah bertemu di Jabal Rahmah. Dari sini manusia berkembang biak dan menyebar ke seluruh penjuru.
Ketika Adam tinggal di Makah pertama kali beliau meminta kepada Allah agar diselamatkan dri godaan Iblis yang telah mencelakakannya di syurga. Allah mengabulkan doanya kemudian memerintahkan malaikat turun ke bumi mengelilingi tempat nabi Adam menjaganya agar iblis tidak dapat mencapainya. Tempat malaikat berjaga itu kemudian menjadi batas Tanah Haram.
Selanjutnya Nabi Ibrahim as dengan menancapkan tapal batas di tempat-tempat yang ditunjukkan oleh Malaikat Jibril. Ada 943 tanda batas yang ditancapkan di atas bukit, lembah dan tempat lain. Pada saat Futuh Makah, Rasulullah mengutus Tamim bis Asad untuk memperbaharui tapal batas tersebut.
Makah menjadi dambaan kaum Muslimin untuk berziarah khususnya melaksanakan haji dan umrah. Ada beberapa nama yang merujuk ke kota Makah yaitu Bakah, Baitul Atiq, al balad, Ummul Qura dan al Qaryah.
Ketika rasulullah mendapatkan kemenangan dari Allah dengan menaklukan kota Makah, Rasulullah SAW berdiri di hadapan manusia menyampaikan pidatonya ”Sesungguhnya Allah telah melarang tentara bergajah masuk ke Mekah, dan Allah telah menaklukan Mekah untuk RasulNya dan orang yang beriman. Dan sesungguhnya tidak dihalalkan bagi orang sebelumku untuk menyerbu Makah. Hanya dihalalkan satu saat khusus untukku pada hari ini, dan sesungguhnya tidak dihalalkan untuk siapapun setelahku......”. Demikianlah kekhususan kota Makah yang berlaku hingga akhir jaman kelak.
Sangat banyak Hadits dan ayat yang menyatakan keutamaan Mekah di sisi Allah dan RasulNya. Salah satunya Hadits Rasulullah ”Demi Allah sesungguhnya Engkau adalah bumi terbaik dan tanah yang paling dicintai Allah. Andaikan aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak pernah meninggalkanmu”.
Keberadaan dan keutamaan Mekah tidak terlepas dari sejarah dan keberadaan Kabah. Di Kota Mekah terdapat Kabah yang merupakan tempat ibadah untuk menyembah Allah yang pertama didirikan di muka bumi. Allah telah memberikan jaminan keamanan kepada seluruh makhluk yang ada di sana, bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada hewan dan tumbuhan. Pahala amalan di sana berlipat ganda dibandingkan dilakukan di tempat lain. Shalat di Masjidil haram 100.000 kali lebih utama dibandingkan di tempat lain. Sejalan dengan itu, dosa berbuat kejahatan di Mekah juga akan dilipatgandakan oleh Allah, sehingga seorang Muslim hendaknya menjauhkan diri dari berbuat maksiat di Mekah.
Kisah Sumur ZamZam
Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail saat masih dalam masa menyusui dari palestina ke padang pasir Hijaz yang gersang. Sesampainya di tempat yang sekarang menjadi Kabah, Ibrahim meninggalkan keduanya di bawah sebatang pohon. Tidak ada mata air apapun di sana ketika itu. Ibrahim hanya membekali keduanya dengan sekantong kurma dan sekantong air.
Ketika Ibrahim memalingkan badannya meninggalkan keduanya. Hajar mengikuti sambil bertanya ”Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak berpenghuni ini?”. Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun. Kemudian hajar bertanya”Apakah Allah yang memerintahkan hal ini ?” Ibrahim menjawab ”Ya”. Hajar berkata ”Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”. Hajarpun kembali ke tempat Ismail, sedangkan Ibrahim terus berlalu. Sesampainya di tempat yang ia tidak melihatnya lagi, iapun menghadap ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya berdoa ”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di rumahMu yang diberkati. Ya Tuhanku, Yang demikian itu agar mereka mendirikan Shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. ”(Ibrahim:37).
Setelah air susu Hajar habis begitu juga dengan perbekalannya maka Ismail meronta-ronta kehausan sehingga hati Hajar sebagai seorang Ibu merasa trenyuh. Dengan naluri keibuannya, ia lalu bergegas pergi ke bukit Shafa yang lebih tinggi dengan harapan melihat ada orang di sekitarnya. Kemudian ia turun ke dasar lembah dan menaiki bukit Marwah dengan harapan menemukan orang yang dapat dimintai pertolongan. Namun tidak ada seorangpun yang terlihat. Ia melakukannya sebanyak 7 kali.
Saat sedang di Marwa, ia mendengar suara dan melihat Malaikat mengepakkan sayapnya di sekitar kaki Ismail hingga muncullah air yang memancar. Lalu Hajar memagarinya dengan pasir dan ketika air terkumpul iapun meminum airnya dan menyusui anaknya.
Malaikatpun berkata:”Janganlah engkau merasa disia-siakan, karena di sini akan dibangun Baitullah oleh anak ini dan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya”.
Penemuan Kembali Zamzam
Air Zamzam tetap ada hingga saat ini, namun dahulu pernah kering dan lenyap saat ditimbun dan dihilangkan oleh suku Jurhum ketika akan meninggalkan Makah. Sumur Zamzam ditemukan kembali oleh Abdul Muthalib yang bermimpi bertemu seseorang yang menyuruhnya menggali sumur di sekitar tempat persembahan di sekitar Kabah. Sejak saat itulah Abdul Muthalib dan keturunannya dipercaya menjaga sumur Zamzam.
Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail, dia mendengar suara menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana?" Keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, " Benda yang baik yang mana?" Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya, "Galilah Zamzam!" Dia bertanya, "Apa itu Zamzam?" Dijawab, " Air yang tidak kering dan tidak meluap " Setelah itu Abdul Mutalib diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya, "Apa yang kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab, "Aku diperintahkan menggali Zamzam." Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah rusa emas yang pernah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zamzam ini, sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnyapun bertambah.
Pembangunan Ka’bah
Ka’bah dibangun beberapa kali dalam beberapa generasi berbeda. Pertama kali dibangun oleh Malaikat dua ribu tahun sebelum Nabi Adam diciptakan sebagai tempat thawaf malaikat di bumi. Selanjutnya dibangun kembali oleh Nabi Adam atas bantuan malaikat. Setelah Adam wafat dibangun oleh salah seorang putranya Syst hingga kemudian hancur akibat banjir jaman nabi Nuh.
Pembangunan yang ada bukti otentik dan tertulis dalam al Qur’an adalah oleh nabi Ibrahim dan Ismail. Sepeninggal keduanya beberapa kali Kabah hancur hingga diperbaiki oleh Suku Amaliqah, suku Jurhum, Qushai bin Kilab dan Abdul Muthalib. Pada saat Rasulullah berusia 25 tahun, terjadi banjir yang merusakkan Kabah sehingga kaum Quraisy melakukan perbaikan. Saat itulah beliau mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Setelah itu Kabah beberapa kali mengalami renovasi antara lain oleh Abdullah bin Zubair.
Diriwayatkan bahwa setelah Ibrahim meninggalkan Istrinya Hajar dan Ismail di Mekah, suatu saat Ibrahim bermaksud menengok anak dan istrinya tersebut. Ibrahim menemukan putranya Ismail sedang mengasah anak panah di bawah pohon rindang dekat sumur zamzam. Keduanya kemudian berpelukan dan saling melepaskan rindu setelah berpisah sekian lama. Saat itulah terjadi dialog antara seorang Bapak dan anaknya yang merupakan metoda pendidikan yang luar biasa dan bagaimana seorang Bapak dan Anak bekerja sama.
Ibrahim berkata” Wahai Ismail, sesungguhnya, Allah memberikan perintah kepadaku. Maukah engkau membantuku ?”. Ismail berkata ”Lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu, aku akan membantumu”. Ibrahim berkata ”Sesunguhnya Allah memerintahkanku untuk membuat rumah ibadah disini”. Ibrahim lalu menunjuk sebuah anak bukit yang sedikit lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Keduanya lalu membangun fondasi, Ismail yang mencari dan mengangkat batu sedangkan Ibrahim yang memasangnya. Ketika bangunan sudah mulai tinggi, Ibrahim menggunakan sebuah batu untuk berdiri dan memasangkan batu-batu menjadi dinding, sementara Ismail memberikan batu dari bawah. Batu tempat berdiri Ibrahim itulah yang kemudian menjadi Maqam Ibrahim.
Selesai pembangunan Kabah keduanya berdoa ”Robbana taqobbal minna innaka antas sami’ul aliim”. Keduanya lalu mengitari bangunan tersebut yang kemudian kita kenal sebagai ritual Thawaf.
Pada saat Futuh Mekah, Rasulullah memasuki masjidl Haram dari arah Marwah yang sekarang menjadi Pintu Al Fath. Ketika itu di sekitar Kabah terdapat 360 berhala yang disembah orang Kafir, diantaranya terdapat patung Nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Oleh Rasulullah, seluruh berhala tersebut disodok dengan menggunakan tongkat hingga hancur satu per satu. Kemudian ia membaca surat Al Isra 81: ”Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.” Setelah itu Beliau berpidato yang pada dasarnya mengampuni kaum kafir Quraisy dan kemudian membaiat mereka untuk memeluk Islam satu persatu.
Gambaran berbagai situasi perkembangan Kabah dari masa ke masa terekam pada foto-foto berikut:
Thawaf Nabi Adam
Pada saat nabi Adam AS melaksanakan haji dan bertahawaf, para malaikat menemuinya dan berkata : ” Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Sesungguhnya kami telah melaksanakan ibadah haji di Baitullah sejak 200 tahun sebelum kamu”. Adam bertanya ”Apa yang kalian baca ketika Thawaf?” Mereka menjawab :” kami mengucapkan: Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar”. Adam berkata : ”Tambahkanlah dengan ucapan : Walaa haula walaa quwwata illa billah”.
Setelah menerima perintah membangun kembali Ka’bah, Ibrahim melaksanakan ibadah haji. Saat beliau thawaf, para malaikat menemuinya. Ibrahim bertanya ”Apakah yang kalian baca saat thawaf?”. Mereka menjawab : Sebelum bapakmu Adam, kami membaca : Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar. Lalu Adam menyuruh kami menambahkan : Walaa haula walaa quwwata illa billah”. Selanjutnya Ibrahim berkata : Tambahkan dengan al aliyyil adziim.
Dengan demikian doa saat thawaf adalah : Subhanallah wal hamdu lillaah walaa ilaaha ilallah wallaahu akbar. Lalu Adam menyuruh kami menambahkan : Walaa haula walaa quwwata illa billah al aliyyil adziim.
Tempat kelahiran Rasulullah
Tempat kelahiran Rasulullah (Maulid Nabi) berada di Kampung Suqul Lail masih di halaman Masjidil Haram sekitar 150 meter dekat dengan pintu Babussalam jalur Sa’i di arah Marwah. Untuk menghindarkan dari upaya pengkultusan oleh sebagian orang maka saat ini tempat itu dijadikan Perpustakaan umum.
Jabal Nur/gua hira
Gua Hira merupakan gua kecil dan sempit yang terdapat di Jabal Nur sekitar 5 km utara Mekah sebelah kiri arah perjalanan ke Arafah. Tinggi puncak Jabal Nur sekitar 200 meter. Untuk menuju Gua Hira dibutuhkan upaya mendaki selama kl 2 jam.
Gua Hira bukan gua yang besar, hanya dapat diisi oleh 3 orang dengan tinggi 2 meter. Dari tempat ini kita dapat memandang kota Mekah dari kejauhan.
Tempat ini merupakan tempat yang dipilih oleh rasulullah untuk bertahanuts, tafakur dan berkhalwat saat masih belum diangkat sebagai Nabi. Dengan membawa bekal, beliau tinggal beberapa malam dan jika bekalnya habis beliau kembali ke rumahnya untuk membawa bekal. Di gua ini Muhammad mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui perantaraan Jibril tanggal 17 ramadhan yaitu Surat Al Alaq ayat 1 s.d 5.
Jabal Tsaur
Jabal Tsaur terletak 4 km di Selatan Makah, merupakan Gunung yang di dalamnya ada Gua tempat bersembunyi rasulullah dan Abu Bakar untuk menghindarkan diri dari kejaran orang kafir Quraisy saat berhijrah dari Mekah ke Madinah. Untuk mendaki gunung Tsaur yang tingginya 458 m cukup sulit dan hingga ke Gua Tsaur dibutuhkan waktu 1,5 jam. Gua tersebut tidak luas hanya 3.5 X 3.5 m, tingginya pun hanya 1.25 meter.
Dalam perjalanan Hijrah, Abu Bakar masuk terlebih dahulu ke dalam gua untuk memastikan gua aman dari binatang buas, baru kemudian nabi masuk. Ikut bersama mereka Abdullah bin Abu Bakar yang menginap bersama mereka di malam hari kemudian turun ke Mekah pagi harinya untuk mendengar berita dari orang kafir Quraisy. Siti Asma bertugas menggembala kambing di sekitar gua untuk menghapus jejak Abdullah sekaligus mengantarkan perbekalan.
Saat bersembunyi Abu Bakar menyatakan kekhawatirannya bahwa mereka berdua akan diketahui oleh orang Kafir. Rasulullah menjawab dengan ucapannya yang menunjukkan keteguhan mental seorang Nabi sehingga dicatat dalam Al Qur’an Surat At Taubah 9:40 ”.....Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita......”.
Sebenarnya Orang Quraisy sempat naik ke Jabal Tsaur dan hendak memeriksa gua tempat persembunyian Rasulullah SAW. Namun Allah menunjukkan kebesarannya dengan mengirimkan Burung dan Laba-laba untuk bersarang di mulut gua setelah Rasulullah dan abu Bakar masuk ke Gua. Melihat ada binatang yang bersarang di sana, orang Quraisy merasa yakin bahwa di dalam gua tidak akan ada orang sehingga mengurungkan niat untuk memeriksa ke dalam Gua. Selamatlah Rasulullah dan abu Bakar dari kejaran orang Quraisy.
Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsaur selama 3 hari, kemudian dengan menunggang unta yang dibawakan oleh Abdullah bi Uraiqith mereka menuju Madinah dipandu oleh Amir bin Fahirah.
Mina
Mina adalah hamparan padang pasir sepanjang 3.5 km yang terletak antara Mekah dan Muzdalifah. Saat ini Kota Mekah dengan Mina sudah menyatu akibat perluasan kota Mekah. Dari Mekah ke Mina terdapat 9 jalan yang pada saat musim haji penuh sesak dengan orang dan kendaraan.
Mina atau Muna berarti ’pengharapan’, konon merupakan tempat dimana Adam mendapat bisikan dari Allah bahwa ia akan berjumpa dengan Hawa setelah berpisah 200 tahun lamanya sehingga menimbulkan kembali harapan dan tumbuhnya cinta di dalam hati Adam. Pertemuan itu kemudian terwujud di Jabal Rahmah sebuah bukit kecil di padang Arafah.
Di Mina inilah jamaah haji tinggal selama 3 atau 4 hari untuk melaksanakan mabit dan melontar jumrah setiap hari serta melakukan penyembelihan hewan qurban.
Di Mina terdapat beberapa tempat penting yaitu :
Jamarat, adalah tempat lokasi tiga jumrah yaitu jumrah aqobah, wustho dan Ula.
Al Manhar, lokasi penyembelihan hewan kurban.
Masjid al Khaif adalah lokasi tempat rasulullah melakukan shalat dan khutbah saat melaksanakan haji di Mina.
Walaupun Mina selalu penuh oleh jamaah haji, namun jangan khawatir kehabisan tempat di Mina selama berhaji.
Muzdalifah
Muzdalifah adalah kawasan lembah sepanjang 4 km antara Mekah Mina sebagai tempat Mabit sejenak untuk memungut 7 butir batu. Walaupun Muzdalifah sebenarnya cukup luas namun karena banyaknya bis yang parkir baik di lokasi parkir maupun di pinggir jalan maka di sini semua serba berdesakan. Walaupun ada toilet namun kondisinya sangatlah terbatas sehingga antrian untuk masuk toilet sangatlah panjang. Di sini pun tidak ada tenda ataupun orang yang berjualan makanan sehingga kita perlu menyiapkan makanan sekedarnya serta air untuk minum dan wudhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar